BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan pada hakikatnya
merupakan kebutuhan dasar yang penting untuk kehidupan manusia dan yang paling
hakiki untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dimana pangan yang
dikonsumsi manusia sehari-hari pada umumnya memerlukan pengolahan. Pada
pengolahan pangan seringkali ditambahkan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang merupakan bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam
makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pegepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan (Devita, 2010). Secara umum penggunaan bahan tambahan pangan pada bahan pangan bertujuan untuk meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, memperbaiki tekstur, kelezatan atau kenampakan, membuat bahan
pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pengeras (firming agent) adalah salah satu jenis
kelompok bahan tambahan makanan yang biasa digunakan untuk memperkeras atau
mencegah melunaknya bahan pangan atau makanan. Salah satu contoh penggunaan
pengeras (firming agent) pada bahan
pangan yaitu penggunaan senyawa kapur dalam upaya memperkeras produk keripik, dalam
pembuatan pikel atau buah kalengan. Penggunaan bahan pengeras tersebut harus
sesuai dengan peraturan pemakaian dan dosis penggunaannya. Hal ini dikaitkan
dengan efek bahan tersebut terhadap kesehatan yang dapat membahayakan jika melebihi
dosis yang diperbolehkan (Cahyadi, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian
pengeras (firming agent) dan maksud
penggunaannya?
2. Bagaimana Mekanisme
reaksi pengeras (firming agent)?
3. Bagaimana
Aplikasi Pengeras (firming agents) Pada Produk Pangan?
4. Berapa Batas maksimum penggunaan Pengeras (firming agents)?
5. Apa dampak Pengeras (firming agents)?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini yaitu untuk mengetahui :
1. Apa Pengertian
pengeras (firming agent) dan maksud
penggunaannya
2. Bagaimana
Mekanisme reaksi pengeras (firming agent)
3. Bagaimana
Aplikasi Pengeras (firming agents) Pada Produk Pangan
4. Berapa Batas maksimum penggunaan Pengeras (firming agents)
5. Apa dampak Pengeras (firming agents)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dan Maksud Pengeras
Sebagai Bahan Tambahan Pangan
Pengeras (Firming Agent) merupakan bahan tambahan pangan yang
berfungsi untuk memperkeras atau mencegah melunaknya bahan makanan hasil
olahan.
Bahan tambahan pangan pengeras ditambahkan
ke dalam bahan pangan
pada saat proses pengolahan dimaksudkan agar bahan pangan
menjadi
lebih keras atau mencegah terjadinya
pelunakan pada bahan pangan tersebut. Dimana
Proses pengolahan pemanasan atau pembekuan pada bahan
pangan terutama bahan pangan yang berasal dari tanaman seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran dapat
menyebabkan pelembekan atau pelunakan pada jaringan
sel tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena kemantapan jaringan tanaman tergantung
dari keutuhan sel dan ikatan molekular antar penyusun-penyusun dinding sel
yaitu pektin. Sehingga untuk mempertahankan kemantapan atau kekerasan jaringan sel
tanaman maka dapat dilakukan dengan penambahan bahan tambahan pangan pengeras
seperti garam-garam kalsium atau garam-garam aluminium (Cahyadi, 2008).
B. Mekanisme
Reaksi Bahan
Tambahan Pangan Pengeras
Perlakuan panas terhadap jaringan tanaman biasanya
menyebabkan pelembekan karena struktur selulosanyan mengalami sedikit
perubahan. Kemantapan jaringan tersebut tergantung keutuhan sel dan ikatan
molekuler antar penyusun-penyusun dinding sel yaitu pektin. Senyawa-senyawa
pektin sangat berkaitan dengan keutuhan struktur ikatan-ikatan melintang antara
gugus karboksilnya dengan kation polivalen. penambahan garam-garam kalsium seperti kalsium klorida,
kalsium sulfat, dan kalsium sitrat sering dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan atau ketegaran pada bahan pangan. Hal ini disebabkan karena Ion-ion
kalsium yang ditambahkan bereaksi dengan asam pektin di dalam dinding sel,
sehingga akan memperkuat dinding sel-sel tersebut, kalsium yang bervalensi dua
bereaksi secara menyilang dengan gugus karboksil dari pektin, jika
ikatan-ikatan tersebut dalam jumlah besar maka akan membentuk jaringan-jaringan
molekul kalsium pektat yang tidak larut dalam air (Santoso, 2006). Pembentukan
ikatan silang zat pektin menyebabkan jaringan sel menjadi keras dan tidak mudah
larut. apabila ikatan silang ini terbentuk dalam jumlah yang besar, maka bahan
pangan akan semakin keras sehingga lebih tahan terhadap pengaruh mekanis
(Winarno, 1998).
C. Aplikasi Pengeras
(Firming Agents) pada Produk Pangan
Garam-garam kalsium yang sering digunakan sebagai bahan
tambahan pangan pengerasan antaralain kalsium klorida (Cl2), kalsium
sitrat (Ca sitrat), kalsium laktat, dan kalsium monofosfat dengan konsentrasi
Ca-nya sebesar 0.1-0.25%. selain garam kalsium biasanya garam-garam aluminium
juga sering digunakan. Misalnya seperti Al3+ dalam bentuk NaAl(SO4)2.l2H2O,
Kal(SO4)2, Al2(SO4)3.l8H2O
biasanya digunakan pada pembuatan pikel mentimun dengan melarutkan garam
tersebut dalam larutan garam sebelum fermentasi. Tujuannya adalah agar tekstur
pikel tetap keras dan renyah. Ion trivalen diduga membentuk kompleks dengan senyawa-senyawa
pektin menghasilkan jaringan yang keras. Sedangkan buah-buahan seperti irisan
apel dan lainnya, serta sayur-sayuran seperti tomat, kentang, paprika, wortel,
dan lain-lainnya biasanya ditegarkan dengan penambahan satu atau lebih jenis
garam kalsium sebelum pengalengan atau pembekuan (Cahyadi, 2008).
D. Batas Maksimum Penggunaan Pengeras
(Firming Agents)
No.
|
Nama BTP
|
Jenis/Bahan Pangan
|
Batas Maksimum Penggunaan
|
1
|
Aluminium
amonium sulfat
|
Acar mentimun dalam botol
|
Secukupnya
|
2
|
Aluminium
kalium sulfat
|
Acar mentimun dalam botol
|
Secukupnya
|
3
|
Aluminium
natrium sulfat
|
Acar mentimun dalam botol
|
Secukupnya
|
4
|
Aluminium
sulfat
|
Acar mentimun dalam botol
|
Secukupnya
|
5
|
Kalsium
glukonat
|
Buah kaleng
|
350 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
Tomat kalengan
|
450 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
||
Irisan tomat kalengan
|
800 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
||
Acar mentimun dalam botol
|
250 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
|
||
Jem dan jeli
|
200 mg/kg, tunggal atau campuran
|
||
6
|
Kalsium
karbonat
|
Jem dan jeli
|
200 mg/kg, dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
7
|
Kalsium
klorida
|
Lihat kalsium glukonat
|
Lihat kalsium glukonat
|
Sayur kaleng, apel kaleng
|
260 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
||
Jem dan jeli
|
200 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
|
||
8
|
Kalsium sitrat
|
Apel kalengan ; sayur kalengan
|
200 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
dihitung sebagai Ca (kalsium) (digunakan hanya pada buah)
|
9
|
Kalsium
sulfat
|
Apel kaleng ; sayur kaleng
|
200 mg/kg, dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
Tomat kaleng
|
450 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
||
Irisan tomat kalengan
|
800 mg/kg, tunggal atau campuran dengan pengeras lain
dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
||
10
|
Monokalsium
fosfat
|
Apel kalengan ; sayur kaleng
|
260 mg/kg, dihitung sebagai Ca (kalsium)
|
(Cahyadi,
2008)
E. Dampak Pengeras (Firming Agents)
Selain dapat meningkatkan struktur makanan dan berfungsi sebagai pengeras,
penggunaan yang berlebih dalam jangka panjang terhadap firming agents
juga mempunyai dampak lain terhadap kesehatan antaralain : (Devita, 2010)
1. Menimbulkan gangguan pada sistem
pencernaan yang dapat disebabkan oleh senyawa kalsium glukonat dalam bahan
tambahan pangan pengeras.
2. Gangguan fungsi hati yang disebabkan
oleh senyawa aluminium sulfat dalam bahan tambahan pangan pengeras.
3. Mengganggu perkembangan enzim-enzim pada
balita dan bayi yang disebabkan oleh kalsium laktat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengeras
(firming agent) merupakan bahan
tambahan makanan yang berfungsi untuk memperkeras atau mencegah melunaknya
bahan makanan hasil olahan.
2. Bahan tambahan pangan pengeras yang biasa digunakan pada
bahan pangan dapat berupa garam-garam kalsium dan garam-garam aluminium.
3. Firming agents dapat
berdampak lain
terhadap kesehatan, seperti dapat menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan, mengganggu fungsi hati, dapat mengganggu perkembangan
enzim-enzim pada balita dan bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyadi, W. 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara.
Jakarta
Devita, S. 2010. Bahan Tambahan Makanan.
CV. Rajawali. Jakarta
Santoso. Teknologi Pengawetan Buah Segar 2006. http://www.scribd.com/doc/
46250460/Teknologi-Pengawetan-Bahan-Segar. (Diakses Tanggal 9 Mei
2014)
Winarno. 1998. Kimia pangan dan Gizi. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar