BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi
semakin berkembang. Perkembangan ini bisa dikatakan telah menyentuh seluruh
aspek kehidupan kita. Begitu juga dalam hal produksi bahan pangan. Dengan
adanya kemajuan teknologi, saat ini telah banyak bahan makanan yang dikemas
sedemikian rupa sehingga dapat tahan lebih lama. Selain itu, saat ini juga
telah ditemukan berbagai macam kombinasi rasa yang dihasilkan secara sintetis.
Menyangkut hal ini, peran bahan tambahan pangan (BTP) sangat penting.
Bahan tambahan pangan merupakan suatu substansi atau campuran dari beberapa
substansi, selain bahan makanan pokok, yang terdapat dalam makanan
sebagai hasil dari beberapa aspek produksi, pengolahan, penyimpanan, dan
pengemasan (Lestari, Adam, Rahayu, Septideyani, Astuti. 2013).
Secara khusus tujuan penggunaan
BTP di dalam pangan adalah untuk; 1) Mengawetkan makanan dengan mencegah
pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang
dapat menurunkan mutu pangan, 2) Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah
dan lebih enak di mulut, 3) Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik
sehingga menambah selera, 4) Meningkatkan kualitas pangan, dan 5) menghemat
biaya (Syah, 2005). Produsen produk pangan menambahkan BTP dengan
berbagai tujuan, misalnya membantu proses pengolahan, memperpanjang masa
simpan, memperbaiki penampilan dan cita rasa, serta pengaturan keseimbangan
gizi. Jenis-jenis bahan tambahan pangan diantaranya adalah pemanis, pengatur
keasaman, sekuestran, antioksidan, dan lain-lain.
Berdasarkan fungsinya, menurut peraturan Menkes
No. 235 tahun 1979, BTP dapat dikelompokan menjadi 14 yaitu : Antioksidan, Antikempal,
Pengasam, Penetral dan pendapar, Enzim, Pemanis buatan, Pemutih dan pematang,
Penambah gizi, Pengawet, Pengemulsi, Pemantap dan pengental, Pengeras, Pewarna
sintetis dan alami, Penyedap rasa dan aroma, Sekuestran, dll. BTP dikelompokan
berdasarkan tujuan penggunaanya di dalam pangan.
Pada makalah ini, kami akan mencoba menjelaskan tentang deskripsi, kegunaan,
risiko kesehatan, dan regulasi dalam penggunaan sekuestran yang merupakan salah
satu dari contoh BTP. Dalam BTP, sekustran berfungsi sebagai pengikat logam.
Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari Sekuestran ?
1.2.2 Bagaimana
Mekanisme kerja dari Sekuestran dan Bagaimana penggunaannya ? 1.2.3 Apa jenis Sekustran
dan penggunannya ?
1.2.4 Apa
Efek Sekuestran bagi Kesehatan ?
1.2.5 Apa
Manfaat dari Sekuestran ?
BAB
II
ISI
2.1.
Pengertian Sekuestran
2.1.1 Definisi dan Maksud Penggunaan
Sekuestran merupakan bahan
tambahan makanan yang berfungsi mengikat logam yang terdapat dalam bahan
makanan olahan sehingga kehadirannya amat membantu terjaganya kestabilan warna,
cita rasa, dan tekstur makanan. BTM ini digunakan dalam pengolahan makanan
seperti kepiting kalengan, minyak kacang, minyak kelapa, kentang goreng, lemak,
kaldu, es krim, daging awetan, dll. Sekuestran adalah
bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan
sehingga mencegah terjadinya oksidasi yang dapat menimbulkan perubahan warna
dan aroma. Bahan tambahan makanan ini biasanya ditambahkan pada lemak dan
minyak dan makanan yang mengandung lemak dan minyak seperti daging dan ikan.
Contoh sekuestran adalah kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA, asam
sitrat, dikalium fosfat, kalium sitrat, asam fosfat dan garamnya. Dengan
penambahan sekuestran dapat memantapkan warna dan tekstur makanan atau mencegah
perubahan warna makanan. Sekuestran dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan
komlpeks sehingga mengalahkan sifat dan pengaruh buruk logam tersebut
dalam bahan pangan (Lestari, Adam, Rahayu, Septideyani, Astuti. 2013).
Sekuestran
(anonim. 2011) adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada pangan untuk
memantapkan warna dan tekstur pangan atau mencegah kerusakan sehingga meningkatkan
kestabilan bahan pangan. Logam terdapat dalam bahan alami dalam bentuk senyawa
kompleks misalnya:
- Mg dalam klorofil;
- Fe sebagai feritin, rufin,
porfirin, serta hemoglobin;
- Zn dan Mn dalam
berbagai enzim.
Ion-ion
logam ini dapat terlepas dari ikatan kompleksnya karena hidrolisis maupun degradasi.
Ion logam bebas mudah bereaksi dan mengakibatkan perubahan warna, ketengikan, kekeruhan,
maupun perubahan warna (Anonim. 2010).
2.2.
Mekanisme Kerja Sekuestran
Logam terdapat dalam bahan alami dalam
bentuk senyawa kompleks misalnya Mg dalam klorofil, Fe sebagai feritin, rufin,
porfirin, serta hemoglobin; Co sebagai vitamin B12, Cu, Zn dan Mn dalam
berbagai enzim. Ion-ion logam ini dapat terlepas dari ikatan kompleknya karena
proses hidrolisis maupun terdegradasi. Ion logam yang bebas mudah bereaksi dan
mengakibatkan perubahan warna, ketengikan, kekeruhan dan perubahan rasa.
Sekuestran akan mengikat ion logam sehingga menjaga kestabilan bahan. Molekul
atau ion dengan pasangan elektron bebas dapat mengkompleks ion logam. Karena
itulah senyawa-senyawa yang mempunyai dua atau lebih
gugusan fungsional seperti –OH, -SH, -COOH, -PO3H2 dan sebagainya dapat
mengkhelat logam dalam lingkungan yang sesuai. Proses pengikatan logam
merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks ion logam dengan sekuestran
secara umum keseimbangan itu dapat ditulis sebagai berikut: Sekuestran
atau ligan dapat menghambat proses oksidasi. Senyawa ini merupakan sinergik
antioksidan karena dapat menghilangkan ion-ion logam yang mengkatalis
proses oksidasi. Penambahan sekuestran pada sayuran sebelum blanching
mencegah perubahan warna dan dapat melepas ion Ca dari pektin dinding sel
sehingga sayuran menjadi lunak. Penggunaan EDTA yamg berlebihan dalam bahan
makanan akan menyebabkan tubuh kekurangan Ca dan mineral lain. Hal ini di sebabkan
EDTA sangat efektif mengkelat ion logam. Karena itu di dalam garam EDTA di
tambahkan juga Ca dalam bentuk garam EDTA dari Na dan Ca.
Proses
pengikatan logam merupakan proses kesimbangan pembentukan ion kompleks logam
dengan sekuestran. Secara umum keseimbangan ini dapat ditulis sebagai berikut:
L + S LS
L
= ion logam
S
= sekuestran (ligan)
LS
= kompleks logam - sekuestran
Ligan atau
sekuestran dapat berupa senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA, maupun
senyawa anorganik seperti polifosfat. Sekuestran atau ligan dapat menghambat
proses oksidasi. Senyawa ini merupakan sinergik antioksidan karena dapat
menghilangkan ion-ion logam yang mengkatalis proses oksidasi. Dalam penggunaan
sekuestran sebagai sinergik antioksidan harus diperhatikan kelarutannya.
Asam dan
ester-ester sitrat (20-30 ppm) dengan propilen glikol larut dalam lemak,
sehingga efektif sebagai sinergik pada semua lemak. Sebaliknya Na2EDTA dan Na2
Ca-EDTA hanya sedikit larut dalam lemak, dan karena itu kurang efektif
dalam lemak murni, tetapi garam-garam EDTA (500 ppm) sangat efektif sebagai
antioksidan dalam sistem emulsi karena adanya fase air yang kontinyu, misalnya
untuk mayonnaise, margarine, dan
lain-lain.
2.3.
Jenis dan Penggunaan Sekuestran
Penggunaan sekuestran dalam bahan
pangan bertujuan untuk mencegah kerusakan pangan yang diakibatkan oleh
kandungan logam yang dapat berasal dari dalam maupun luar bahan pangan
tersebut. Ion logam bebas mudah bereaksi dan mengakibatkan perubahan warna,
ketengikan, kekeruhan, maupun perubahan rasa. Jenis- jenis serkuestran
yang biasa digunakan dalam bahan pangan antara lain:
No.
|
Nama bahan
sekuestran
|
Pengunaan
dalam pangan
|
Dosis
maksimum yang diizinkan
|
1.
|
Asam fosfat
|
·
Untuk produk kepiting kalengan
|
5 g/kg
|
·
Lemak dan minyak makan
|
100 mg/kg
|
||
2.
|
Isopropil
sitrat
|
·
Untuk lemak dan minyak makan
serta margarin
|
100 mg/kg
|
3.
|
Etilen
diamin tetra asetat (EDTA)
|
·
Untuk udang kaleng
|
250 mg/kg
|
·
Jamur kalengan
|
200 mg/kg
|
||
·
Potongan kentang goreng beku
|
100 mg/kg
|
||
4.
|
Monokalium
fosfat
|
·
Untuk ikan dan udang beku
|
5 g/ kg
|
·
Daging olahan dan awetan
|
4 g/kg
|
||
·
Kaldu
|
1 g/kg
|
||
5.
|
Natrium
pirofosfat
|
·
Penggunaan seperti monokalium
fosfat ditambah untuk sadrin dan produk jenisnya
|
5 g/kg
|
·
Potongan kentang goreng beku
|
100 mg/kg
|
Sumber: http://breanmanurung.files.wordpress.com/2011/02/sekuestran.ppt
Sekuestran biasanya
ditambahkan pada lemak dan minyak dan makanan yang mengandung lemak dan minyak
seperti daging dan ikan. Polifosfat dan EDTA digunakan dalam pengolahan ikan
kalengan untuk mencegah pembentukan kristal MgNH4PO4.6H2O yang
menyerupai kristal gelas yang terbentuk selama penyimpanan.
Selain itu pengkelat
ini dapat membentuk kompleks dengan Fe, Co dan Zn, logam-logam ini bila
bereaksi dengan sulfida akan mengakibatkan perubahan warna. Penambahan sekuestran
pada sayuran sebelum diblansing dapat mencegah perubahan warna yang disebabkan
oleh logam.
Asam sitrat dan fosfat
yang digunakan dalam minuman selain berfungsi sebagai asidulan juga berguna
untuk mengikat logam yang dapat mengkatalisis oksidasi komponen cita rasa
(terpena) dan warna.
Dalam minuman hasil
fermentasi malt, pengkelat akan mengkompleks Cu. Cu bebas akan mengakibatkan
oksidasi senyawa polifenol yang kemudian dengan protein menyebabkan kekeruhan.
Berdasarkan
hasil pengujian dari kedua tabel di atas menunjukkan lama perebusan
mempengaruhi penurunan kadar logam Pb daging kerang darah. Semakin lama
perebusan menggunakan larutan jeruk nipis, maka semakin rendah kadar logam Pb
pada daging kerang darah. Diduga waktu perebusan selama 15 menit, 30 menit dan
45 menit sudah dapat mereaksikan senyawa asam sitrat yang mempunyai sifat
korosif yang mampu mengikat ion logam berat keluar dari dalam daging kerang
darah. Persentase penurunan nilai kadar logam Pb pada lama perebusan tanpa
jeruk nipis dan dengan jeruk nipis selama 15 menit memiliki penurunan yang
berbeda cukup jauh yaitu sebesar 24,8% dan 59,33%, pada perebusan tanpa jeruk
nipis dengan lama waktu 30 menit sebesar 31,86% sedangkan perebusan dengan
jeruk nipis sebesar 60,67%. Begitu pula dengan hasil perebusan dengan lama
waktu 45 menit tanpa larutan jeruk nipis mengalami penurunan sebesar 32,33% dan
perebusan dengan jeruk nipis dalam lama waktu perebusan yang sama sebesar
63,33%. Pada penelitian Alpatih et al., (2010) didapatkan rata-rata
kadar Pb pada kerang hijau sebelum diberi perlakuan perendaman dalam larutan
jeruk nipis yaitu 102,019 μg/lt, setelah perlakuan yaitu 56,847 μg/lt.
Rata-rata penurunan kadar Pb setelah perlakuan yaitu 45,1722 μg/lt dengan persentase
45,5917%. Penurunan kadar Pb pada daging kerang darah (Anadara granosa)
yang direbus menggunakan jeruk nipis lebih signifikan daripada yang direbus
tanpa menggunakan larutan jeruk nipis. Pemanfaatan jeruk nipis sebagai chelator
menunjukkan bahwa senyawa organik yang terdapat dalam buah jeruk nipis
tersebut memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar logam Pb pada daging
kerang darah. Menurut Nurjanah et.,al (1999) penurunan kandungan logam
Pb pada kerang darah yang direndam dalam asam cuka sebesar 33,573%. Kemampuan
asam cuka dalam menarik ion logam yang terikat dalam jaringan tubuh kerang
tergantung pada jenis ikatan kimia logam dan jenis kerang. Sesuai dengan hasil
penelitian Suaniti (2007) menambahkan, penurunan konsentrasi Pb dan Cu dapat
disebabkan karena lepasnya ikatan kompleks logam protein, sehingga ion-ion
logam tersebut keluar dari dalam daging kerang.
Persentase penurunan
kadar Cd dengan perebusan tanpa jeruk nipis dengan perbedaan lama waktu 0, 15,
30dan 45 menit masing-masing yaitu 14,39%; 25,71%; 28,13%. Lain halnya dengan
kadar Cd pada daging kerang darah dengan perebusan menggunakan jeruk nipis
menyebabkan penurunan yang sangat signifikan daripada perebusan tanpa jeruk
nipis. Hasil persentase penurunan pada perebusan dengan larutan jeruk nipis
pada masing-masing waktu yaitu 29,67%; 44,39%; dan 69,67%. Pada penelitian ini
dapat dilihat penurunan kadar Cd yang paling tinggi terdapat pada perebusan
dengan larutan jeruk nipis selama 45 menit, sedangkan yang terendah pada
perebusan kerang darah tanpa larutan jeruk nipis pada waktu 15 menit. Sinaga et.,al.
(2013) menyampaikan dalam penelitiannya, penurunan kadar Cd yang paling besar
terjadi pada saat direndam dengan larutan jeruk nipis 25% selama 30 menit
(80,25%), sedangkan penurunkan Cd yang paling kecil adalah pada saat kerang
darah direndam dengan aquades selama 15 menit (47,17%). Penurunan kadar Cd pada
perebusan kerang darah (Anadara granosa) dengan larutan jeruk nipis
memperoleh hasil yang lebih signifikan dibandingkan dengan perebusan tanpa
larutan jeruk nipis. Penggunaan jeruk nipis sebagai chelator (pengikat
logam) pada perebusaan kerang darah mempunyai pengaruh yang sangat nyata.
Menurut Yulianda (2010), kemampuan larutan jeruk nipis untuk menurunkan kadar
Cd pada kerang darah disebabkan oleh adanya zat asam sitrat yang terkandung
dalam jeruk nipis. Asam sitrat adalah salah satu zat sekuestran (zat pengikat
logam). Asam sitrat memiliki rumus kimia sebagai berikut : CH2COOH-COHCOOH-CH2COOH
(C6H8O7). Gugus fungsional –OH dan COOH pada asam sitrat menyebabkan ion sitrat
dapat bereaksi dengan ion logam membentuk garam sitrat. Ion sitrat akan
mengikat logam sehingga dapat menghilangkan ion logam yang terakumulasi pada
kerang sebagai kompleks sitrat. Terjadinya interaksi antara waktu dan perlakuan
perebusan menggunakan larutan jeruk nipis terhadap kadar Cd pada daging kerang
darah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Buwono (2005) yang menyatakan
bahwa waktu perendaman dengan larutan asam berpengaruh nyata terhadap penurunan
logam pada kerang.
2.4.
Efek
Samping Sekuestran
Penggunaan EDTA
yang berlebihan dalam bahan pangan akan menyebabkan tubuh kekurangan Ca dan
mineral lain. Hal ini disebabkan EDTA sangat efektif mengkelat ion logam.
Karena itu dalam garam EDTA ditambahkan juga Ca dalam bentuk garam EDTA dari Na
dan Ca.
Penambahan
sekuestran yang melebihi kadar yang dianjurkan akan menyebabkan tubuh
kekurangan zat besi. Tubuh yang kehilangan zat besi berlebihan akan
mengalami anemia. Konsumsi sekuestran yang berlebihan
juga dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan zinc. Menurut Lonnerdal, jika
tubuh tidak mendapat suplai seng yang cukup, biasanya akan muncul tanda-tanda
atau gejala:
§ Rata-rata
pertumbuhan yang lambat pada anak dan remaja
§ Tidak ada selera atau nafsu makan
§ Penyembuhan luka yang lambat
§ Kelelahan yang hebat
§ Kerontokan pada rambut
§ Ketidaknormalan pada kemampuan mengecap rasa
dan mencium bau
§ Kesulitan dalam melihat di kegelapan
§ Menurunnya produksi hormon pada pria
(infertilitas)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Kuliah Bahan Tambahan Makanan Teknologi Industri Pangan:
Universitas Padjajaran.
Anonim, 2011. Sekuetran
.http:// breanmanurung. files.wordpress.com /2011/02/
sekuestran. ppt (Diakses 25 Mei 2014).
Bahan
Tambahan Pangan. (online) (cited June 8, 2012)
Available from URL :http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/197807162006042-AI_MAHMUDATUSSA %27ADAH/BAHAN_TAMBAHAN_PANGAN.pdf.
Lestari, A., Adam, M. F., Rahayu,
S. P., Septideyani, V., Astuti W. D., 2013. Makalah
Kimia Bahan Makanan Sekuestran dan Humektan. http://www.scribd.com/doc/217445582/kimia-bahan-makanan
(diakses 21 Mei 2014).
Sari, K.A, Riyadi, P.H,
Anggo, A.D.,
2014. Pengaruh Lama Perebusan dan Konsentrasi Larutan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Terhadap Kadar
Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Pada Kerang Darah (Anadara granosa). Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomer 2, Tahun 2014, Halaman 1-10. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Slamet
,Lucky .S., 2013, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Sekuestran: Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar